Peran Guru SMK Nurul Huda Ngawen: Dari Pengabdian, Kesabaran, hingga Harapan Besar

muhasabah lastari anwar

Ngawen – Di balik perjalanan para siswa SMK Nurul Huda Ngawen, ada sosok guru yang bukan hanya mengajar, tetapi juga membimbing, menanamkan karakter, dan menjadi teladan.

Salah satunya adalah Pak Lastari Anwar, guru yang sejak awal memilih kembali ke lingkungan tempat ia pernah belajar, mengaji, dan tumbuh. Baginya, bergabung di SMK Nurul Huda bukan sekadar pekerjaan, melainkan bentuk pengabdian suci.

Pak Lastari bercerita bahwa keputusannya mengajar di tempat ia dulu menimba ilmu bermula dari rasa ingin berbagi. Setelah menamatkan pendidikan di Nurul Huda, ia melanjutkan mondok di Sarang, Rembang. Dari sanalah muncul tekad untuk kembali dan memberikan manfaat.

“Saya ingin memberikan apa yang saya bisa, membagikan ilmu yang saya dapat,” ungkapnya.

Meski begitu, awal mengajar tidak selalu mudah. Ia mengaku sempat canggung karena sebelumnya terbiasa mengajar santri laki-laki. Ketika harus berhadapan dengan siswa perempuan, ia butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Namun perlahan, semua itu bisa ia lewati.

“Tidak mungkin saya mengajar dengan keadaan plegak-pleguk,” katanya sambil tersenyum saat ditemui tim jurnalistik.

Baca juga: Siswa Salah Seragam di Hari Guru Nasional – Anekdot

Bukan Sekedar Mengajar yang Jadi Tantangan Besar

hari guru

Perannya kini tidak hanya sebagai pengajar. Amanah sebagai pembantu Waka Kesiswaan dan tim BK membuatnya terlibat langsung dalam pembentukan karakter siswa. Setiap hari ia dan rekan-rekan guru berusaha menanamkan nilai tanggung jawab, kedisiplinan, hingga kebiasaan menjaga salat. Bagi Pak Lastari, nilai terpenting yang harus dibawa para siswa setelah lulus adalah salat lima waktu.

“Apa pun kalian jadi, salat jangan pernah ditinggalkan. Itu pondasi hidup.”

Dalam menghadapi siswa yang sulit diatur atau memiliki masalah pribadi, ia memilih pendekatan personal. Cerita, keluhan, dan uneg-uneg siswa ditampung terlebih dahulu sebelum mencari solusi bersama. Konsekuensi tetap diberikan sesuai aturan, tetapi tujuannya bukan menghukum—melainkan menyadarkan. Ia percaya bahwa setiap pelanggaran adalah kesempatan memperbaiki diri.

ari sobikin

Tantangan terbesar sebagai guru SMK saat ini, menurutnya, adalah menumbuhkan kesadaran spiritual dan rasa tanggung jawab pada diri siswa. Di tengah era digital yang serba instan, membangun kepekaan kepada Sang Pencipta serta mendorong siswa untuk tetap istiqamah adalah perjuangan yang tidak mudah.

“Kami terus berusaha agar mereka dapat hidayah dan tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab,” jelasnya.

Baginya, menjadi guru berarti lebih dari sekadar mengajar. Ia melihat peran itu sebagai usaha mencerdaskan secara intelektual sekaligus spiritual. Sebagai bagian dari sekolah berbasis pesantren, ia berharap lulusan SMK Nurul Huda memiliki karakter nasionalis, religius, peduli lingkungan, dan menghormati guru. Nilai-nilai itu diyakininya akan menjadi bekal berharga bagi kehidupan di masyarakat, bahkan hingga akhirat.

Baca juga: Apa Makna Guru Bagi Kita?

Mengajar Ketulusan Demi Harapan Besar Generasi Muda di Masa Depan

hari guru nasional

Tentang momen berkesan selama mengajar, Pak Lastari mengaku hampir setiap hari ada pengalaman yang membekas. Mengajar baginya adalah anugerah, karena setiap pertemuan di kelas memberikan kesempatan untuk menanamkan ilmu dan karakter kepada para siswa. Kesempatan itu ia anggap sebagai karunia luar biasa yang harus terus disyukuri.

Di akhir wawancara, ia menyampaikan harapan terbesar untuk seluruh siswa dan alumni SMK Nurul Huda Ngawen. Ia ingin mereka tumbuh menjadi pribadi yang tangguh—baik dalam bertindak, bermedia, maupun menghadapi kehidupan. Ia juga berharap ilmu yang mereka peroleh tidak berhenti pada diri sendiri, tetapi terus ditularkan agar menjadi amal jariyah.

“Semoga mereka sukses dunia dan akhirat, dan ilmu dari sini bisa lebih bermanfaat lagi,” tutupnya.

Di tangan guru seperti Pak Lastari, pendidikan bukan sekadar ruang kelas dan buku pelajaran. Ia menjadi perjalanan paling sunyi penuh ketulusan, yang kelak membentuk masa depan banyak generasi.

Kolom muhasabah ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap langkah maju seorang anak bangsa, selalu ada guru yang pernah percaya bahwa mereka bisa.

_________________________

Pewawancara: Nikita dan Mela | Editor: Lintang Arya